Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kepolisian Hong Kong: Kami Tak Perlu Bantuan Beijing

Kepolisian Hong Kong: Kami Tak Perlu Bantuan Beijing
Polisi Hong Kong menahan seorang demonstran di luar kantor polisi Tsim Sha Tsui, pada 11 Agustus lalu. (AFP/Getty Images)
A
A
A

Ini yang mungkin terjadi pada diri saya, 5 Agustus lalu, ketika sebuah proyektil mengarah langsung ke wajah saya sehingga meremukkan kaca topeng antigas airmata. Kepolisian mengatakan itu kemungkinan peluru karet.

Salah seorang perwira mengatakan tidak mungkin saya sengaja ditembak di bagian kepala. "Setidaknya saya berharap tidak demikian," ujarnya.

Ditambahkannya, peluru itu amat mungkin memantul dari bawah dan sayangnya mengarah ke bagian wajah saya. Siapa yang tahu?

Seorang perwira lainnya menilai bahwa terlalu gila jika polisi berupaya menembak kepala seseorang dengan peluru tersebut.

"Jika mereka membunuh seseorang, mereka akan menghadapi tuntutan pembunuhan," katanya.

Kontingen Taktis Khusus—tim antihuru-hara yang dikenal dengan julukan 'Raptors'—direkam akhir pekan lalu ketika mereka mengejar demonstran ke stasiun kereta bawah tanah.

Di bagian atas eskalator, aparat tersebut menembakkan peluru tak mematikan ke arah para demonstran dari jarak dekat kemudian memukuli mereka dengan pentungan.

Kepolisian tidak menyampaikan permohonan maaf atas perlakuan kepada para demonstran karena sejumlah polisi telah dilempari batu bata dan batangan logam.

Lantas ada laporan bahwa gas air mata yang dipakai kepolisian telah melampaui tenggat kadaluarsa. Kami bertanya, jika laporan itu benar, apakah berbahaya?

Perwira-perwira ini mengatakan pihak pembuat gas air mata telah menjamin produk tersebut benar-benar aman. Namun, untuk memastikannya, kepolisian akan menarik semua gas air mata yang kadaluarsa.

Mengingat banyaknya gas air mata yang dilepaskan, apakah kepolisian akan kehabisan?

"Tidak."

Para demonstran menggelar barikade di bandara Hong Kong. (afp)

Takut aksi balas dendam

Pertanyaan selanjutnya adalah tentang masa depan. Berapa lama kepolisian Hong Kong bisa memulai membangun ulang kepercayaan publik?

Para perwira yang kami temui menggeleng kepala dan mengangkat bahu. "Jujur, akan perlu waktu yang lama," kata salah seorang perwira.

Insiden humas terburuk bagi kepolisian Hong Kong mungkin yang terjadi pada 21 Juli, manakala satupun personel polisi tidak terlihat sewaktu sekumpulan pria berbaju putih yang terkait geng, menunggu para demonstran di stasiun kereta Yuen Long dan menyerang mereka dengan senjata rakitan.

Para pelintas yang tidak ikut demonstrasi pun turut menjadi sasaran.

Walau kepolisian telah menangkap puluhan orang "berbaju putih", publik dan khususnya kubu prodemokrasi menyerukan investigasi independen terhadap kejadian-kejadian terkini, termasuk dugaan keterkaitan sejumlah perwira dengan dunia kejahatan bawah tanah.

Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, menolak seruan penyelidikan. Menurutnya, Dewan Pengawas Polisi Independen tengah meninjau kasus tersebut.

Para perwira yang kami wawancarai juga menilai tidak perlu ada penyelidikan independen yang khusus menginvestigasi insiden di Stasiun Yuen Long.

Bahkan ketika ditanya apakah hal itu bisa menjadi cara meraih kembali kepercayaan publik, mereka mengatakan tidak melihat penyelidikan semacam itu ada maknanya.

Sementara itu, para polisi di lapangan tengah menghadapi tekanan publik yang luar biasa.

Setelah seharian penuh berjibaku dengan para demonstran, mereka rutin dikelilingi ratusan warga awam yang melontarkan cacian.

"Suaranya begitu memekakkan," kata seorang polisi.

Ada pula perundungan di dunia maya. Informasi pribadi dari setidaknya 300 polisi diunggah ke dunia maya, foto anak-anak mereka dipublikasikan, demikian juga dengan tempat kerja suami atau istri mereka sehingga orang-orang tahu siapa mereka.

Kami mendapat informasi mengenai anak polisi yang dimaki seseorang saat berolahraga. Dia berkata kepada anak tersebut: "Apa yang dilakukan ayahmu itu menjijikkan."

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement