Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Jangan Termakan Isu, Cek di Sini Apa dan Bagaimana Konflik Rusia Kontra Ukraina

Opini , Jurnalis-Sabtu, 19 Februari 2022 |20:08 WIB
Jangan Termakan Isu, Cek di Sini Apa dan Bagaimana Konflik Rusia Kontra Ukraina
AS siagakan pasukan hadapi kemungkinan invansi Rusia ke Ukraina (Foto: US Army)
A
A
A

Aroma konflik yang dilatarbelakangi perbedaan ideologi komunisme-sosialisme (Timur) versus liberalisme-kapitalisme (Barat) itu pun begitu terasa. Hal ini dikuatkan dengan pertemuan bilateral antara Rusia dan China di Beijing pada 4 Febuari lalu. Dalam pertemuan yang dihadiri Presiden Xi Jinping dan Vladimir Putin tersebut, China sang raksasa dari Asia Timur itu akan memberikan dukungan penuh terhadap Rusia dalam menghadapi NATO dan AS berikut para sekutunya.

Sebelumnya, pada 21 Januari lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Jenewa, Swis namun pertemuan diplomatik tersebut berujung nihil alias tak menghasilkan kesepakatan berarti. Memang pertemuan tersebut bukan pertemuan antara Rusia dan NATO akan tetapi memisahkan AS dengan NATO adalah suatu hal yang sulit atau bisa dikatakan 11-12.

Baca juga: Kroasia Akan Tarik Pasukannya dari NATO Jika Pecah Perang dengan Rusia

Keterlibatan NATO disinyalir tidak lepas dari misi memuluskan peran IMF yang getol memberikan kucuran dana utang terhadap negara yang mengalami krisis moneter seperti Ukraina. Sehingga, jika hegemoni Rusia masih bercokol, maka akan sulit bagi Ukraina yang merupakan salah satu lumbung pangan dunia tersebut menjaga stabilitas ekonominya. Suka tidak suka, jika hal itu terjadi akan berdampak pada kelancaran pengembalian utang Ukraina terhadap IMF.

Untuk mengatasi dampak pandemi misalnya, Dana Moneter Internasional (IMF) telah menyetujui paket pinjaman senilai US$5 miliar kepada Ukraina dan US$2,1 miliar diantaranya sudah dicairkan. Kerja sama utang luar negeri yang telah disepakati antara Ukraina dengan IMF tentunya menjadikan negara dengan PDB per kapita 3,726.937 USD pada 2020 itu harus tunduk dengan cara-cara yang ditentukan IMF yang merupakan instrumen liberalisme ekonomi Barat.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement