Kuatnya berbagai kepentingan Rusia di kawasan ini menyebabkan pertikaian horizontal di antara antara warga negara Ukraina telah menelan korban harta dan nyawa yang tidak sedikit. Konflik menahun ini telah menewaskan setidaknya lebih dari 13 ribu orang baik militer maupun sipil yang berlangsung sejak 2014 silam. Sebenarnya, sudah ada perjanjian damai antara Ukraina dan Rusia yang direalisasikan lewat perjanjian Minsk tentang Donbass pada tahun 2015 di mana di dalam perjanjian tersebut masing-masing pihak yang bertikai tidak menggunakan jalur kekerasan dan lebih mengedepankan jalur diplomasi.
Namun, Ukraina menolak mentah-mentah perjanjian tersebut karena menganggap lebih menguntungkan Rusia yakni salah satunya memberikan hak otonom bagi kantung-kantung wilayak pro-Rusia di Donbass (Ukraina Timur) dalam menjalankan hubungan dengan Rusia. Artinya, Ukraina tidak rela Rusia mengambil terlalu banyak apalagi lebih jauh adanya negara di atas negara.
Pengaruh Rusia sendiri di Ukraina kian hari kian terancam karena Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang kini berkuasa lebih pro ke Eropa (Barat) dan menjauhkan diri dari orbit Moskow sementara Presiden yang sebelumnya pro Rusia berhasil digulingkan Viktor Yanukovych dalam gerakan Euromaiden (gerakan pro Eropa) pada 7 tahun silam, tepatnya tahun 2014.
Baca juga: Khawatir Invasi Terjadi Rusia Minta NATO untuk Tenang, Peningkatan Pasukan Hanya Mitos
Konflik yang Sarat Berbagai Kepentingan Timur dan Barat
Ukraina membaca gelagat Rusia akan mencaplok atau invasi di Krimea demi memperkuat hegemoninya sebagai negara adi daya di blok Timur. Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh, Ukraina tentu memiliki kepentingan Nasional untuk mempertahankan setiap jengkal wilayah teritorialnya. Pengajuan menjadi anggota NATO merupakan langkah strategis dalam melindungi diri karena perasaan terancam yang amat dalam.
Baca juga: Rusia Usir Wakil Duta Besar AS
Security Dilemma dalam hubungan internasional memang akan terus hadir sebagai sebuah konsep dengan negara yang berlomba untuk menaikan kekuatan militer cenderung terjerumus dalam kesalahpahaman seperti halnya Athena dan Sparta, demikian pula Korea Selatan versus Korea Utara dan Jepang versus China di masa lalu di masa lampau.