MOSKOW - Warga Rusia tengah sibuk menggali silsilah keluarga untuk mencari kemungkinan bahwa mereka merupakan keturunan Yahudi. Hal ini dilakukan agar dapat kabur ke Israel untuk menghindari wajib militer di Rusia.
Seorang ibu di Rusia mencoba menggali silsilah Yahudinya untuk membantu sang putra melarikan diri dari upaya wajib militer oleh Presiden Vladimir Putin.
“Mendapatkan paspor Israel adalah satu-satunya cara agar putra saya tidak pergi berperang di Ukraina,” kata seorang ibu di Rusia, menjelaskan kepada AFP.
Puluhan ribu warga Rusia telah meninggalkan negara itu sejak Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari. Putin kemudian mengumumkan wajib militer parsial untuk warga Rusia pada September 2022.
Banyak yang telah berjuang untuk menemukan silsilah Yahudi mereka untuk pindah kewarganegaraan ke Israel. Negara Zionis ini menerapkan keturunan Yahudi sebagai syarat utama untuk menjadi warga negara Israel.
BACA JUGA: Walikota Rusia: Sebagian Pria Jadi Sukarelawan ke Ukraina untuk Kabur dari Istri
Salah satunya Ivan Mitrofanov yang berusia 32 tahun yang tengah panik mencari bukti bahwa keturunannya merupakan orang Yahudi. Ia berpikir bahwa Israel merupakan pilihan yang tepat daripada ke Eropa.
“Di Eropa, paspor Rusia pasti bermasalah. Saya akan pergi ke Israel di tempat yang sebenarnya kami inginkan," katanya.
Sebagai pekerja Teknologi Informatika, ia sejauh ini dibebaskan dari gelombang pertama wajib militer yang diumumkan pada 21 September setelah serangkaian kekalahan militer Rusia di Ukraina. Tetapi Mitrofanov mengatakan dia akan bergegas untuk pergi selama perbatasan masih terbuka.
Kantor administrasi Moskow juga mengakui bahwa permintaan untuk menggali silsilah keluarga di Negeri Beruang Merah terus meningkat dalam beberapa waktu belakangan.
“Sekira 90 persen klien kami datang untuk mencari asal-usul Yahudi mereka,” kata Tatiana Kalazhnikova, yang bekerja di kantor administrasi kota di Moskow barat.
Kalazhnikova sendiri kebingungan melihat fenomena ini. Ia menganggap para pemuda itu tak berjiwa patriot dan simpatik karena Israel merupakan negara dengan sejuta konflik.
"Mereka ingin meninggalkan Rusia untuk pergi ke Israel, di mana perang tak pernah berhenti," tuturnya.
Seorang ahli silsilah Yahudi di Rusia, Vladimir Paley, juga ikut heran dan mengatakan bahwa dirinya telah menerima "permintaan 10 kali lebih banyak" dari Rusia dan Ukraina sejak awal konflik.
“Setelah adanya wajib militer, saya paling sering menjawab panggilan para ibu yang ingin mengekspatriat putra mereka,” kata pria berusia 55 tahun itu.
(Rahman Asmardika)