Ribuan orang diperdagangkan dari Afrika ke koloni Belanda di Karibia dan Amerika Selatan - berjumlah sekira 5% dari seluruh perdagangan budak transatlantik - sebelum praktik tersebut dilarang pada 1863.
Namun di negara Suriname hal itu berlanjut selama masa transisi wajib 10 tahun, menyebabkan kesedihan dan rasa sakit yang tak terkira.
Belanda menghasilkan kekayaan besar dari perdagangan budak, dan di provinsi barat Belanda saja sebuah studi Dewan Riset Belanda menemukan bahwa 40% pertumbuhan ekonomi negara itu antara 1738 dan 1780 dapat dikaitkan dengan perdagangan.
Tahun lalu, Perdana Menteri Mark Rutte juga meminta maaf atas peran sejarah negara itu dalam perdagangan budak, dengan mengatakan dalam pidatonya di Den Haag bahwa hal itu harus diakui dalam "istilah yang paling jelas" sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan".
Dan beberapa kota di Belanda, termasuk Amsterdam dan Rotterdam, telah meminta maaf atas peran mereka dalam perdagangan tersebut.
Tetapi Belanda telah mengambil waktu untuk mengatasi masa lalu kolonialnya, dan baru pada 2006 sejarah perbudakan Belanda ditambahkan ke dalam kurikulum sekolah.
(Rahman Asmardika)