Pasukan PGT juga kehilangan PU I Slamet H yang ditemukan dalam keadaan tertindih kayu kering yang besar dan menyebabkan pinggangnya patah. PU I Slamet H yang juga mengalami luka-luka di kaki dan tubuhnya akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di hutan pegunungan Mariyat.
Setelah dua minggu, sebanyak 12 anggota PGT berhasil bertemu. Manuhua kemudian membagi pasukannya menjadi dua kelompok kecil.
Tim pertama dipimpin langsung Manuhua bertugas melakukan sabotase terhadap kekuatan Belanda. Sedangkan kelompok kedua dipimpin Kapten Udara (KU) I Supardi.
Bersama tujuh orang anggotanya, Manuhua melancarkan aksi gerilya dan terlibat kmontak senjata dengan Belanda. Pria kelahiran Desa Alang, Ambon, Maluku pada 17 Maret 1924, itu memimpin anak buahnya melalui pertempuran demi pertempuran dengan pasukan Belanda.
Setelah berhari-hari berada di dalam hutan lebat tanpa perbekalan, Manuhua dan pasukannya memutuskan turun dan masuk ke permukiman warga sekitar untuk mencari makanan. Kedatangan Manuhua langsung diterima oleh warga setempat. Mereka lalu memberi Manuhua dan anak buahnya sagu.
Namun, saat memutuskan untuk bermalam di desa, Manahua dan pasukannya ternyata dijebak dan dikepung oleh musuh. Mereka baru menyadari hal ini setelah melihat beberapa tentara Belanda tengah mendekati rumah yang mereka tempati.