Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Pendeta yang Bertahan 17 Tahun di Hutan, Tentara yang Terlupakan saat Perang Vietnam

Susi Susanti , Jurnalis-Senin, 21 Agustus 2023 |23:50 WIB
Kisah Pendeta yang Bertahan 17 Tahun di Hutan, Tentara yang Terlupakan saat Perang Vietnam
Kisah pendeta yang bertahan 17 tahun terlupakan di hutan saat Perang Vietnam (Foto: Michael Hayes)
A
A
A

Pada 10 Maret 1975, dia melarikan diri ke hutan bersama mereka.

Selama empat tahun pertama, mereka tetap berada di Vietnam, terus-menerus dalam pelarian, bersembunyi dari ketentaraan.

"Tembak dan lari, tembak dan lari. Kami tidak memiliki senjata yang kuat," kata Hin Nie, menambahkan bahwa dia sendiri tidak terlibat dalam pertempuran langsung, tetapi membawa AK-47 untuk pertahanan diri dan berburu.

Pada1979, pasukan Vietnam memperluas operasi mereka untuk mencari Fulro, sehingga kelompok tersebut melarikan diri ke Kamboja, di sebelah barat Vietnam.

"Kami tidak bisa tinggal, jadi kami melintasi perbatasan - itu terlalu berbahaya," katanya.

Tetapi meninggalkan Vietnam membawa bahaya baru. Gerilyawan genosida Khmer Merah Pol Pot menguasai kantong-kantong di perbatasan timur Kamboja.

Sisa-sisa rezim - bertanggung jawab atas sekitar 1,7 juta kematian selama empat tahun teror di Kamboja - telah melarikan diri ke sana setelah digulingkan oleh pasukan yang didukung Vietnam.

Fulro membutuhkan izin dari Khmer Merah untuk tinggal sehingga Hin Nie bertemu dengan komandan lokal mereka di hutan provinsi Mondulkiri.

"Saya berkata, 'Kami memiliki musuh yang sama' - itu satu-satunya hal yang kami sepakati. Jika komunis datang dari Vietnam ke sisi ini, maka kami dapat memberi tahu mereka," ungkapnya.

Khmer Merah mengizinkan Hin Nie dan batalionnya untuk tetap tinggal. Tapi mereka menuntut "pajak" bulanan melalui sejumlah besar kulit harimau dan ular sanca, dan tanduk rusa.

Hin Nie mengatakan unitnya menangkap harimau dalam perangkap. Meskipun ketakutan terhadap harimau itu nyata - harimau membunuh tiga orang di kamp - ketakutan terhadap Khmer Merah bahkan lebih besar.

“Mereka sangat marah, mereka menghitung semuanya,” kenangnya. "Seringkali mereka mengancam kami: 'Jika Anda tidak membayar pajak, Anda harus kembali,” lanjutnya.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement