SNA tidak mengomentari tuduhan tersebut. Namun, Dewan Islam Suriah yang berpusat di Turki menuduh SDF berada di balik ledakan tersebut.
Pengeboman mobil pada Senin, (3/2/2025) adalah serangan kedua di wilayah Manbij hanya dalam waktu tiga hari. Pada Sabtu, (1/2/2025) dua anak dan seorang wanita termasuk di antara empat orang yang tewas akibat ledakan di sebuah jalan di pusat kota, kata Pertahanan Sipil Suriah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, melaporkan bahwa ledakan itu terjadi di dekat posisi militer SNA dan sembilan orang tewas, termasuk beberapa pejuang pro-Turki.
Ketika rezim Assad runtuh, SNA melancarkan serangan untuk merebut wilayah di sebelah barat Sungai Efrat yang dikuasai SDF sejak mengusir kelompok teroris ISIS pada 2016.
SNA menguasai Manbij pada 9 Desember, setelah para pejuang dari Dewan Militer Manbij yang berafiliasi dengan SDF mundur. Namun sejak saat itu, SDF telah mencoba merebut kembali wilayah tersebut dengan melancarkan serangan balasan.
Turki ingin mengusir SDF dari perbatasannya karena menganggap milisi Kurdi yang mendominasi aliansi tersebut, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebagai organisasi teroris. Dikatakan bahwa YPG merupakan perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah memperjuangkan otonomi Kurdi di Turki selama beberapa dekade.
(Rahman Asmardika)