Ia mengaku sedih membayangkan nasib para pekerja yang selama puluhan tahun menggantungkan hidup pada usahanya. "Saya susah begini, tapi saya pikir juga orang-orang itu nanti makan apa, kerja di mana," ujarnya.
Yuni mengaku senang karena bantuan tanggap bencana dari pemerintah datang cepat. Pengiriman sembako dari berbagai pihak pun lancar. Bahkan, bantuan sudah datang sehari setelah kejadian.
"Bantuan seperti beras, pakaian, semua ada. Makan tinggal ambil," kata dia.
Kini, harapan terbesar Yuni hanya satu: tanah dan rumah untuk memulai kembali kehidupan.
Rumah Habis, Usaha Lenyap, Tapi Anak-Anak Selamat
Yuni masih ingat suara dentuman keras dari arah perbukitan, tanda awal sebelum bencana besar itu tiba. Ia tak pernah menyangka suara itu merupakan pertanda longsor besar yang akan menghancurkan rumah, usaha, dan kehidupannya.
"Seperti hutan itu berjalan dari atas ke bawah, setinggi tiang listrik. Belum sempat lari ke bukit, arus lumpur sudah datang duluan. Banyak korban karena semuanya tak sempat menyelamatkan diri," ujar Yuni mengingat momen bencana.