Dari sisi lingkungan, sawit tetap memiliki fungsi ekologis lebih baik dibanding tanah terbuka atau belukar. Dengan laju fotosintesis tinggi, sawit berpotensi menjadi carbon sink yang efektif.
“Penyerapan karbon kebun sawit jauh lebih tinggi dibanding hutan primer,” katanya. Meski demikian, ia mengakui risiko sawit sebagai monokultur, seperti rendahnya keanekaragaman hayati dan potensi penyakit, tetap perlu dikelola secara baik.
Basuki juga sependapat dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan bahwa sawit dapat menjadi solusi krisis energi global.
“Tidak ada tanaman lain yang mampu menghasilkan 3 ton minyak per hektar, bahkan potensi maksimumnya bisa 6–7 ton,” katanya.
Dia melanjutkan, agar manfaat ekonomi sawit tetap besar namun ramah lingkungan, pengelolaannya harus dimulai dari penentuan lahan yang tepat, hanya di APL (areal penggunaan lain), bukan di kawasan hutan.