"Tidak ada pengaturan, kami tidak punya informasi kapan kami akan dievakuasi. Tidak ada staf keamanan untuk menjaga kami di dalam rumah aman. Bahkan, Taliban yang berdiri di luar menjaga kami, supaya tidak ada kelompok lain yang dapat menyerang kami. Kami merasa sangat rentan. Kami tidak bisa tidur karena takut."
Perintah evakuasi datang tiba-tiba pada 20 Agustus pukul 22:00. Selama satu setengah jam setelahnya, sekitar 150 penumpang berangkat ke bandara dalam tujuh minibus.
"Kami diantar oleh Taliban. Satu mobil menuntun kami dari depan, dan satu lagi di belakang. Kami mencapai bandara sekitar jam 00:30. Kerumunan orang yang ingin ke luar negeri menunggu harap-harap cemas di luar. Taliban menembakkan peluru dari satu sisi dan dari sisi lain pasukan Amerika menembakkan gas air mata untuk mengendalikan kerumunan. Kami di bawa ke gerbang utara, yang biasanya digunakan oleh militer."
Tetapi mereka sekarang tidak dibolehkan oleh tentara Amerika yang menguasai bandara. Mereka menghabiskan malam itu di dalam bus, tanpa ada rencana evakuasi.
"Ada anak-anak, perempuan, dan orang sakit bersama kami. Kami telantar di jalanan. Beberapa perempuan sedang menstruasi, tetapi kami tidak punya akses ke toilet. Kami duduk di ruang terbuka, dan siapapun bisa menyerang kami."
Situasinya akan menjadi lebih buruk.