Dia tertawa ketika saya menyebut bahwa tentara Rusia tidak menyasar warga sipil. Dia lantas mengajak saya melangkah masuk ke berbagai koridor, tempat merawat korban serangan Rusia.
Mereka berada di koridor karena gempuran artileri Rusia pernah mendarat dekat situ sehingga para pasien tidak aman berada di dalam bangsal dengan jendela-jendela besar. Sebagian besar cedera saat berada di rumah masing-masing.
Unit perawatan intensif pasien anak berada di lantai dasar. Jendela sempitnya menangkap gemerlap cahaya yang memantul dari salju di luar serta menyinari lambang-lambang para santo di atas meja perawat.
Di sebuah ranjang terdapat Dmitry, bocah berusia delapan tahun. Jemari kakinya menyembul dari selimut. Tangannya yang memar dan berdarah juga terlihat. Wajahnya tergores oleh sejumlah luka, mata kanannya tidak menutup sempurna. Beberapa hari lalu, tim doker mengambil sebutir peluru dari dalam tengkorak dan tulang punggungnya.
Dmitry diharapkan dapat pulih total, namun saat ini kondisinya memprihatinkan.
Beberapa selang dipasang untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh mungilnya ke tabung-tabung plastik yang digantung di atas ranjang. Selimut tipis bermotif mawar kecil, naik-turun mengikuti gerakan napasnya yang dibantu mesin.