HONG KONG - Korban kebakaran apartemen di Hong Kong terus bertambah, mencapai 159 orang hingga Rabu 3 Desember 2025. Polisi mengonfirmasi bahwa korban tewas termasuk seorang bayi dan seorang pria berusia 97 tahun, sementara upaya pencarian jenazah masih berlangsung di kompleks apartemen yang hangus terbakar.
Kebakaran ini menjadi yang paling mematikan di Hong Kong dalam beberapa dekade terakhir. Warga dari satu-satunya blok yang masih utuh di delapan blok kompleks tersebut telah kembali sebentar untuk menyelamatkan barang-barang mereka, sementara ratusan lainnya yang tinggal di penampungan sementara berusaha memulai kembali kehidupan mereka.
Pihak berwenang mengatakan lebih banyak jenazah ditemukan di antara reruntuhan, beberapa berada di tangga dan atap, sementara sebagian lainnya ditemukan dalam kondisi hangus. Dari total 159 jenazah yang berhasil ditemukan, 140 telah teridentifikasi. Korban terdiri dari 91 perempuan dan 49 laki-laki dengan rentang usia 1 hingga 97 tahun.
Sebanyak 31 orang masih dinyatakan hilang, termasuk pekerja rumah tangga migran dari Indonesia dan Filipina.
“Kami sangat berharap bahwa jika masih ada jenazah di lokasi kejadian, kami dapat menemukannya sesegera mungkin agar keluarga dapat memberikan penghormatan terakhir,” ujar Komisaris Polisi Chow Yat-ming dalam konferensi pers, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (4/12/2025).
21 Tersangka Ditangkap, Dugaan Korupsi Diusut
Polisi telah menangkap 21 orang sebagai tersangka pembunuhan terkait penyebab kebakaran. Sementara itu, badan antikorupsi Hong Kong turut menyelidiki kemungkinan adanya praktik korupsi dalam renovasi bangunan tersebut.
Pemimpin Hong Kong, John Lee, memerintahkan pembentukan komite penyelidikan yang dipimpin seorang hakim untuk menelusuri penyebab kebakaran serta mengevaluasi sistem pengawasan renovasi bangunan, yang sebelumnya disebut sebagai pemicu tragedi.
Tahun lalu, warga Wang Fuk Court sempat mengeluhkan potensi bahaya kebakaran akibat renovasi tersebut. Namun, pihak berwenang menyebut risiko kebakaran di sana “relatif rendah”. Kini, jaring plastik dan busa insulasi di bawah standar yang digunakan dalam renovasi ditunjuk sebagai pemicu kebakaran.
Publik Marah, Pemerintah Didesak Transparan
Tragedi ini memicu kemarahan publik dan mendorong tuntutan agar pemerintah bertanggung jawab. Beberapa analis menilai situasi ini menjadi ujian legitimasi bagi otoritas setempat di tengah meningkatnya ketegangan politik dan penegakan keamanan nasional.
“Sejujurnya, ini menyedihkan. Saya pikir ini menunjukkan kurangnya rasa hormat,” ujar Trent Heung, warga berusia 37 tahun yang datang untuk meletakkan bunga di lokasi kejadian. “Semua orang masih berduka dan seharusnya yang menjadi prioritas hanyalah penghormatan bagi korban dan memastikan mereka yang terdampak mendapatkan perawatan.”
Setidaknya dua orang—mantan anggota dewan distrik pro-demokrasi Kenneth Cheung dan seorang mahasiswa yang membuat petisi publik untuk menuntut penyelidikan independen—ditahan sejak Sabtu, menurut sumber Reuters. Keduanya telah dibebaskan dengan jaminan.
(Awaludin)